Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata-rata manusia di Indonesia
mengkonsumsi gula sebanyak 12-15 kg per tahun. Dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari-hari didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini. Tanaman ini merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali. Pernah kah anda membayangkan
bagaimana membuat gula dari Tebu ?? lain hal nya dengan beras atau jagung atau bahan pokok lain.
Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses kimia serta mekanis. Kalau beras yang kita makan
hanya dilakukan proses penggilingan dari gabah menjadi beras beda dengan
pembuatan gula dari tebu yang harus dilakukan dalam skala pabrik. Untuk
mengetahui langkah pembuatan gula dari tebu dapat anda
lihat di diagram di bawah :
Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi
menjadi beberapa tahap yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian,
penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling).
GILINGAN
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang
dari kebun dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane
cutter, hammer shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan
“nira” dan “ampas”. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses
lebih lanjut di pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah
sebagai bahan bakar ketel (boiler) dan apabil berlebih bisa digunakan sebagai
bahan partikel board, furfural, xylitol dan produk lain.
PEMURNIAN
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu dimurnikan. Dalam nira mentah
mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al)
yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam
kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian
zat-zat bukan gula akan dipisahkan
dengan zat yang mengandung gula. Proses pemurnian ini
dapat dilakukan secara
fisis maupun kimiawi. Secara fisis dengan cara penyaringan sedangkan secara
kimia melalui pemanasan, pemberian bahan pengendap. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu :
1. Defekasi
2. Sulfitasi
3. Karbonatasi
Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di Indonesia menggunakan proses sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses sulfitasi nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat
exchanger sehingga suhunya naik menjadi 70 C. Kemudian
nira dialirkan kedalam defekator dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu
kapur ini adalah untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan
gula yang terdapat dalam nira dan
terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses defekasi
ini dilakukan secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar
8.5-10. Reaksi antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira :
CaCO ? CaO
+ CO
CaO + H O ? Ca(OH)2
+ 15.9 Kcal
Ca(OH) ? Ca + 2
OH
3Ca + 2PO4 ? Ca
(PO4)
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator,
dan direaksikan dengan gas SO . Reaksi antara nira dan gas SO akan membentuk endapan
CaSO , yang berfungsi untuk
memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak
mudah terpecah, pH akhir dari
reaksi ini adalah 7. Tahap akhir dari proses pemurnian
nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier) sehingga diperoleh nira jernih
dan bagian yang terendapkan adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (Penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum
filter menghasilkan nira tapis dan
blotong.
PENGUAPAN
Hasil dari proses pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice). Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Pada proses
penguapan menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi
vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Sistem
multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah
evaporator atau lebih yang dipasang secara seri. Di
pabrik gula biasanya menggunakan 4(quadrupple) atau 5 (quintuple) buah
evaporator.
Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira
akan diuapkan. Uap baru digunakan
pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada
evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan
I. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan titik
didih dari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( >
125 C) akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan
kondisi vakum maka titik didih nira akan terjadi pada suhu 70 C. Produk yang
dihasilkan dalam proses penguapan adalah “nira kental”.
KRISTALISASI
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum dilakukan kristaliasi dalam pan
masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu direaksikan dengan gas SO
sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas masakan (nira). Dalam proses
kristalisasi gula dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun ABC. Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian
nira kental. Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat
tingkat masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga
tingkat masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan
baku yang rendah pabrik gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A sebagai produk
utama. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan
airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan
pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada
keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu
langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak
kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi
kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali
ataupun terbentuk tidak beraturan. Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya
larutan dialirkan ke palung pendingin (receiver) untuk proses
Na - Kristalisasi. Tujuan dari palung pendingin ialah :
melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk dalam pan masak, dengan
adanya pendinginan di palung pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan
dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada
kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi.
PEMISAHAN (Centrifugal Process)
Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses pemisahan kristal gula dari
larutannya menggunakan alat centrifuge atau puteran. Pada alat puteran ini terdapat
saringan, sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga
masakan diputar dan strop atau larutan akan tersaring dan kristal gula
tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes.
Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes
di transfer ke Tangki tetes untuk di jual.
PROSES PACKING
Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga
diberikan hembusan uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan
dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya
dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam pengemasan untuk masing-masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak
plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik
tidak boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam
sak plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh
lebih dari 30 C/suhu kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka
boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam keadaan
panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar