Selasa, 16 Juni 2015

Menteri BUMN Menargetkan Produksi Gula 1,8 Juta Ton Per Tahun

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gula se-Indonesia menargetkan produksi sebesar 1,8 juta ton pada tahun ini. Target tersebut meningkat sekitar 20 persen dibanding realisasi produksi 2013 sebesar 1,5 juta ton. Direktur Utama PT PTPN X (Persero) Subiyono mengatakan, untuk mencapai target tersebut adanya pengetatan dalam pola tanam. Yakni, Pola tanam awal, tengah dan akhir.

BERITA REKOMENDASI Banyak Permasalahan, Menteri Andrinof Sebut Swasembada Gula Jauh Wapres JK Mimpi Bangun 11 Pabrik Gula Ratusan Tahun, Blora Baru Punya 1 Pabrik Gula "Biar bahan baku tebu memenuhi syarat manis, bersih, segar (MBS)," kata Subiyono saat Rapat Koordinasi BUMN Gula: Evaluasi Giling 2013 dan Persiapan 2014, Surabaya, Kamis (13/2/2014). Subiyono berharap masa giling pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang bisa semakin pendek dengan kapasitas yang optimal. Idealnya musim giling berjalan 160 hari. Jika musim giling bisa 160 hari dengan kapasitas yang optimal, bisa menghilangkan biaya tinggi saat panen karena bisa menghindari hujan. Ia juga mengatakan, tantangan lainnya yang harus dijawab adalah pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEA pada tahun 2015. Di mana, perdagangan bebas antarnegara ASEAN akan diimplementasikan. Hal ini mengharuskan PG di Indonesia untuk terus berbenah guna memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin tinggi, seperti produksi gula yang higienis dan memenuhi SNI. "PG-PG di seluruh Indonesia juga harus menurunkan biaya pokok produksi agar lebih kompetitif. Di PTPN X biaya pokok produksi berkisar Rp6.000 per kilogram atau terendah di antara BUMN gula," katanya. Selama tahun 2013, PTPN X mencatat ada lima PG yang memiliki produkvitas tertinggi, antara lain, PG Krebet Baru II dengan produktivitas gula 7,10 ton/hektar, PG Sragi dengan produktivitas gula 7,09 Ton/hektar, PG Ngadirejo dengan produktivitas 6,82 Ton/Hektar, PG Krebet Baru dengan 6,75 Ton/hektar dan terakhir adalah PG Pesantren Baru dengan 6,75 Ton/Hektar. Kata Subiyono, di tahun 2014 ini, pabrik gula juga harus makin efisien agar bisa menekan biaya pokok produksi, sehingga petani dan PG sama-sama untung. Secara sederhana, efisiensi proses produksi mudah diukur dari kemampuan pabrik dalam menghasilkan ampas yang merupakan limbah padat tebu. "PG yang bisa menghasilkan ampas tebu secara optimal berarti proses gilingnya lancar. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu juga menunjukkan bahan baku tebunya berada pada fase pemanenan yang tepat alias sudah tua (masak)," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar