Selasa, 16 Juni 2015

Manten Glepung di Pesta Giling 2015 PG Sragi



Ribuan warga Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Senin (30/5) kemarin tumpah ruah di Jalan Raya Sragi untuk menyaksikan selamatan giling 2015. Kendaraan yang ingin melalui jalur tersebut terpaksa harus memutar balik mencari jalan lain. Selamatan giling yang merupakan acara ritual para petani tebu dan karyawan Pabrik Gula (PG) Sragi dalam menghadapi masa giling, kemarin, dimulai pukul 06.00. Ribuan warga sudah memadati jalan yang menuju ke PG Sragi yang menjadi pusat kegiatan. Selamatan giling diawali dengan arak-arakan pengantin yang terbuat dari tepung terigu dan berbagai macam sesajen, seperti bahan makanan dan kepala kerbau. Warga berjubel menyaksikan arak-arakan di sepanjang jalan menuju ke PG Sragi.

Sesampai di pabrik gula, pasangan pengantin terigu yang diberi nama Abdul Jhalil & Khotijah, pengantin yang dinikahkan lalu digiling. Ternyata tidak hanya manusia yang dinikahkan, boneka manusia yang terbuat dari tepung atau glepung dalam bahasa Jawa, juga bisa dinikahkan. Mereka juga diperlakukan sama seperti pasangan pengantin manusia pada umumnya. Pernikahan pengantin tepung ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Pesta Giling, sebuah acara tradisional tahunan yang diselenggarakan di Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah. Pesta Giling ini digelar dalam rangka memperingati masuknya musim produksi sebuah pabrik gula yang berada di Kota Batik. Pabrik gula Sragi namanya. Pabrik Gula Sragi merupakan warisan peninggalan zaman Belanda yang berdiri sejak tahun 1928 dan masih beroperasi hingga sekarang. Meskipun masa produksinya hanya berkisar 5-6 bulan per tahunnya, pabrik yang sudah berusia lebih dari 87 tahun ini masih aktif hingga saat ini. Pabrik Sragi biasanya memulai masa produksi pada bulan Mei dan berakhir pada bulan September atau Oktober. Untuk memulai masa produksi, diadakanlah acara tradisi Pesta Giling, yang sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman  nenek moyang. Pesta Giling  tersebut dimaksudkan untuk persembahan guna kelancaran dan kesuksesan proses produksi Pabrik Gula Sragi. Hingga saat ini, masyarakat sekitar masih sangat antusias dalam menyambut event tahunan itu, bahkan acara tersebut dianggap menjadi hiburan tahunan terbesar. Karenanya tak jarang  wisatawan asing ikut meliput tradisi budaya kebanggaan kabupaten Pekalongan itu. Aby, salah seorang warga setempat menuturkan, bahwa acara tahunan itu dimulai dengan pemetikan beberapa tebu untuk kemudian diarak bersama sebagai simbolis dimulainya panen tebu untuk siap diproduksi menjadi gula. Tebu sebagai bahan baku gula diarak dengan diiringi kirab budaya yang meliputi, barongan, genderuwo, musik gamelan, beserta hiburan pendamping lainnya. Arakan tersebut lalu akan berjalan sepanjang jalan sekitar satu kilometer lebih dan diikuti deretan masyarakat yang ikut meramaikan suasana. Arak tersebut kemudian akan berjalan menuju ke tempat untuk persinggahan semalam, sebelum keesokan harinya dipertemukan dengan pengantin glepung. Di persinggahan, rombongan arak-arakan akan disambut oleh beberapa petinggi pabrik gula beserta sesepuh adat untuk didoakan dan seremonial lainnya. Pengantin glepung/tepung adalah sepasang boneka yang bentuknya menyerupai manusia asli, lengkap dengan nama, pakaian pengantin serta berpasangan, kedua boneka itu terbuat dari bahan dasar tepung. Nantinya tebu hasil petikan beserta pengantin glepung tersebut akan digiling bersama sebagai simbol dari awal proses produksi gula. Malam harinya pun makin meriah dengan berbagai hiburan yang ada, dari wayang, bazar, hiburan anak hingga dewasa, juga bermacam permainan. Karena malam tersebut adalah malam puncak acara. Jalanan bagai samudera manusia, tumplek blek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar